Peristiwa Malari: Analisis Penyebab dan Akibatnya bagi Politik Indonesia

Peristiwa Malari (Malapetaka Lima Belas Januari) merupakan salah satu momen kelam dalam sejarah politik Indonesia yang terjadi pada tahun 1974.

Peristiwa ini tidak hanya mencoreng wajah politik Indonesia tetapi juga meninggalkan dampak yang mendalam terhadap perkembangan politik dan sosial di negara ini.

Penyebab utama Peristiwa Malari adalah ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan ekonomi pemerintah Orde Baru yang dianggap terlalu memihak kepada investor asing, terutama Jepang.

Ketegangan ini memuncak menjadi kerusuhan besar di Jakarta, yang tidak hanya menargetkan kepentingan asing tetapi juga simbol-simbol pemerintah.

Dampak dari Peristiwa Malari sangat luas, mulai dari perubahan kebijakan ekonomi hingga penguatan kontrol politik oleh pemerintah. Peristiwa ini juga menjadi titik balik dalam hubungan Indonesia dengan negara-negara asing, terutama Jepang.

Selain itu, Peristiwa Malari tidak bisa dipisahkan dari peristiwa sejarah lainnya seperti Deklarasi Bangkok dan Supersemar, yang juga memiliki pengaruh signifikan terhadap politik Indonesia.

Deklarasi Bangkok, misalnya, menandai awal dari keterlibatan Indonesia dalam politik regional, sementara Supersemar menjadi dasar legal bagi Soeharto untuk mengambil alih kekuasaan dari Soekarno.

Peristiwa Malari juga mengingatkan kita pada pentingnya Pancasila sebagai dasar negara. Soekarno memperkenalkan Pancasila sebagai filosofi bangsa yang bertujuan untuk mempersatukan Indonesia yang majemuk.

Namun, dalam praktiknya, Pancasila sering kali dijadikan alat untuk membungkam kritik dan oposisi, terutama selama era Orde Baru.

Kerusuhan Mei 98, yang terjadi lebih dari dua dekade setelah Peristiwa Malari, menunjukkan bahwa masalah yang mendasari Malari—ketidakpuasan terhadap pemerintah dan ketidakadilan ekonomi—masih belum sepenuhnya teratasi.

Kedua peristiwa ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya mendengarkan suara rakyat dan menjalankan pemerintahan yang transparan dan akuntabel.

Sebagai penutup, Peristiwa Malari bukan hanya sekadar catatan sejarah. Ia adalah cermin dari tantangan yang masih dihadapi Indonesia dalam membangun demokrasi dan keadilan sosial.

Dengan mempelajari peristiwa ini, kita bisa mengambil pelajaran berharga untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa depan.